Tugas Makalah Teknik Penyimpanan dan
Penggudangan
TIKUS RUMAH (R. rattus diardii)
DISUSUN
OLEH KELOMPOK I :
DINO SETYADI (1405106010063)
MUTIA RIZKY ISKANDAR (1505106010001)
CUT KEKE (1505106010003)
NOVI DIANA (1505106010013)
RATIH ANGGRAINI (1505106010015)
KELAS
: 01 (SATU)
DOSEN PEMBIMBING : BAMBANG SUKARNO PUTRA S.TP, M.Si
PROGRAM
STUDI TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM
BANDA ACEH
2018
DAFTAR
ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1
Latar
Belakang ..................................................................................... 1
1.2
Rumusan
Masalah................................................................................ 2
1.3
Tujuan
Penulisan.................................................................................. 2
1.4
Manfaat Penulisan................................................................................ 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
BAB III. PEMBAHASAN.................................................................................. 4
3.1.
Pengertian Tikus................................................................................... 4
3.2.
Taksonomi Tikus................................................................................... 4
3.3. Morfologi Tikus..................................................................................... 5
3.4. Tikus Rumah (R. rattus
diardii)............................................................ 6
3.5. Siklus Hidup Tikus Rumah (R.
rattus diardii)..................................... 7
3.6. Penampilan Tikus Rumah (R.
rattus diardii)....................................... 7
3.7. Kebiasaan Tikus
Rumah (R. rattus diardii)......................................... 8
3.8. Perilaku Tikus Rumah (R.
rattus diardii)............................................. 8
3.9. Makanan Tikus..................................................................................... 8
3.10. Indera Pada Tikus Rumah (R.
rattus diardii).................................... 9
3.11. Sarang Tikus Rumah (R.
rattus diardii)............................................. 10
3.12. Tanda-Tanda Keberadaan Tikus Rumah (R. rattus diardii)........... 10
3.13. Teknik Pengendalian Tikus Rumah (R. rattus diardii)..................... 12
BAB IV. SIMPULAN......................................................................................... 13
4.1.
Kesimpulan.................................................................................. 13
4.2.
Saran............................................................................................. 13
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 14
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis
panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah
sebagai salah satu agenda kegiatan akademis yang harus ditempuh oleh setiap
mahasiswa dalam menyelesaikan studi di tingkat perkuliahan semester VII, adapun
judul dari makalah ini adalah “Tikus
Rumah (R. rattus diardii)”.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis
banyak mendapatkan bantuan, dukungan, serta do’a dari berbagai pihak, oleh
karena itu izinkanlah di dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih
dengan penuh rasa hormat serta dengan segala ketulusan hati kepada :
1.
Kedua orang tua, atas curahan kasih sayang
yang tiada henti, yang senantiasa mendukung secara moril & materil serta
yang selalu mendo’akan penulis di dalam menempuh pendidikan ini.
2.
Bapak
Bambang Sukarno Putra, S.TP, M.Si selaku
dosen mata kuliah teknik penyimpanan dan penggudangan yang dengan segala keikhlasannya telah
memberikan bimbingan, arahan, serta nasehat kepada penulis hingga
terselesaikannya makalah ini.
3.
Teman-teman seperjuangan khususnya Kelas 01 yang senantiasa memberi masukan hingga terselesaikannya makalah ini.
Sangatlah disadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan didalam penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para
pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
kita semua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Banda Aceh, 17
Oktober 2018
Penyusun
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Keberadaan
vektor dan binatang pengganggu di lingkungan kehidupan manusia sudah dimulai
sejak pertama kali manusia menciptakan tempat untuk
bermukim. Bangunan tempat tinggal manusia memberikan tempat pula
bagi berbagai vektor dan binatang pengganggu untuk berlindung, memperoleh
makanan dan berkembang biak. Dengan kondisi lingkungan yang relatif tidak
ekstrim dan bebas dari musuh-musuh alaminya serta tercukupinya kebutuhan
makanan, maka populasi vektor dan binatang pengganggu itu dapat terus meningkat
sedemikian rupa sehingga menimbulkan masalah kesehatan manusia.
Vektor dan
binatang pengganggu dapat merugikan manusia, merusak lingkungan hidup manusia
dan pada gilirannya akan mengganggu kesejahteraan hidup manusia, oleh karena
itu keberadaan vektor dan binatang pengganggu tersebut harus dikendalikan.
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah suatu upaya untuk mengurangi
atau menurunkan populasi vektor dan binatang pengganggu tersebut ke suatu
tingkat yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia. Binatang
pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu, menyerang, ataupun
menimbulkan kerusakan dan hidup disekitar kehidupan manusia
seperti tikus, rayap,anjing, kucing, babi, kera, atau binatang
lainnya.
Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang
lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan
pengganggu yang menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari
bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai
penyakit kepada manusia, ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu
rodensia yang hidup didekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu
lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Penyakit yang ditularkan dapat
disebabkan oleh infeksi berbagai agen penyakit dari kelompok virus, rickettsia,
bakteri, protozoa dan cacing. Penyakit tersebut dapat ditularkan kepada manusia
secara langsung oleh ludah, urin dan fesesnya atau melalui gigitan ektoparasitnya
(kutu, pinjal, caplak dan tungau). Maka dari itu penting bagi kita untuk
mempelajari tentang tikus yang berada di lingkungan, terutama tikus rumah (R.
rattus diardii) agar kita
dapat mengendalikan tikus rumah tersebut.
1.2.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan tikus ?
2. Bagaimanakah
taksonomi pada tikus ?
3. Bagaimanakah
morfologi pada tikus ?
4. Apakah yang dimaksud tikus rumah (R.
rattus diardii)?
5. Bagaimanakah siklus hidup tikus rumah (R.
rattus diardii)?
6. Bagaimanakah penampilan tikus rumah (R.
rattus diardii)?
7. Bagaimanakah kebiasaan tikus rumah (R.
rattus diardii)?
8. Bagaimanakah perilaku tikus rumah (R.
rattus diardii)?
9. Apakah makanan tikus ?
10. Bagaimanakah indera pada tikus rumah (R.
rattus diardii)?
11. Bagaimanakah sarang tikus rumah (R.
rattus diardii)?
12. Bagaimanakah tanda-tanda keberadaan
tikus rumah (R. rattus diardii) ?
13. Bagaimanakah teknik pengendalian tikus
rumah (R. rattus diardii)?
1.3.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui apakah yang dimaksud
dengan tikus, taksonomi tikus, morfologi pada tikus, apakah yang dimaksud
dengan tikus rumah, siklus hidup tikus rumah, penampilan tikus rumah, kebiasaan
tikus rumah, perilaku tikus rumah, makanan tikus, indera pada tikus rumah,
sarang tikus rumah, tanda-tanda keberadaan tikus rumah, serta teknik
pengendalian tikus rumah.
1.4.
Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari makalah ini adalah untuk menambah
wawasan pembaca khususnya tentang materi tikus rumah (R. rattus diardii).
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Tikus Rumah, Tikus Pohon, dan Tikus Sawah
Klasifikasi dan Morfologi Berdasarkan karakter dan ciri morfologi yang
dimiliki, tikus rumah (R. rattus diardii) digolongkan ke dalam kelas
Mammalia, ordo Rodentia, dan famili Muridae. Ciri morfologi tikus rumah (R.
rattus diardii) adalah panjang tubuh 100 – 190 mm, dan memiliki panjang
ekor lebih panjang atau sama dengan panjang tubuh . Panjang kaki belakang 35 mm
dan telinga 20 mm. Bentuk hidung kerucut, bentuk badan silindris, ekor tidak
ditumbuhi rambut, serta memiliki bobot tubuh berkisar antara 70 – 300 g.
Memiliki rambut bertekstur agak kasar berwarna cokelat kehitaman pada bagian
dorsal dan warna pada bagian ventral hampir sama dengan warna rambut pada
bagian dorsal. Tikus betina memiliki puting susu 2 pasang di dada dan 3 pasang
di perut (10 buah). Tikus pohon (Rattus tiomanicus) termasuk ke dalam
Kelas Mammalia, Ordo rodentia, Subordo Myomorpha, Famili Muridae, dan Subfamili
Murinae. Tikus ini memiliki warna putih pada bagian bawah, punggung dan kepala
berwarna kuning coklat, memiliki ekor yang lebih panjang dari badan dan kepala,
ukuran telapak kaki belakang dan telinga hampir sama dengan tikus rumah (R.
rattus diardii). Hewan betina memiliki lima pasang puting susu yaitu dua
pasang pektoral dan tiga pasang inguinal, tekstur rambut agak kasar (Priyambodo,
2003).
Tikus merupakan hewan mamalia yang paling umum digunakan sebagai hewan
percobaan pada laboratorium, dikarenakan banyak keunggulan yang dimiliki oleh
tikus sebagai hewan percobaan, yaitu memiliki kesamaan
fisiologis dengan manusia, siklus hidup yang relatif pendek, jumlah anak per
kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi dan mudah dalam penanganan
(Moriwaki et al., 1994).
Karakteristik
lainnya adalah cara berjalan dan perilaku hidupnya.Semua rodensia komersial
berjalan dengan telapak kakinya. Beberapa jenis Rodensia adalah R. rattus
diardii, Mus musculus. Rattus norvegicus (tikus got) berperilaku menggali
lubang ditanah dan hidup dilubang tersebut. Sebaliknya R. rattus diardi (tikus
rumah) tidak tinggal di tanah tetapi di semak-semak dan atau di atap
bangunan.Bantalan telapak kaki jenis tikus ini disesuaikan untuk kekuatan
menarikdan memegang yang sangat baik. Hal ini karena pada bantalan telapak kaki
terdapat guratan-guratan beralur, sedang pada rodensia penggali bantalan
telapak kakinya halus. Mus musculus (mencit) selalu berada di dalam
bangunan, sarangnya bisa ditemui di dalam dinding, lapisan atap (eternity),
kotak penyimpanan atau laci (Depkes RI, 2008).
BAB III. PEMBAHASAN
3.1.
Pengertian
Tikus
Tikus adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai
hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang
menjijikan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok
hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada
manusia, ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang
hidup didekat tempat hidup atau kegiatan manusia ini perlu lebih
diperhatikan dalam penularan penyakit. Definisi lain dari tikus adalah satwa liar yang
seringkali berasosiasi dengan kehidupan manusia. Asosiasi tikus dengan manusia
seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan sedangkan manusia
sebaliknya. Tikus sering menimbulkan gangguan bagi manusia dibidang :
kesehatan; pertanian; peternakan; rumah tangga.
3.2.
Taksonomi Tikus
Berikut ini adalah taksonomi dari
tikus adalah sebagai berikut :
No.
|
Tingkatan Takson
|
Golongan
|
1.
|
Dunia
|
Animalia
|
2.
|
Phyllum (Filum)
|
Chordata
|
3.
|
Sub filum
|
Vertebrata (Craniata)
|
4.
|
Kelas
|
Mammalia
|
5.
|
Sub kelas
|
Theria
|
6.
|
Infra Kelas
|
Eutheria
|
7.
|
Ordo
|
Rodentia
|
8.
|
Sub ordo
|
Myomorpha
|
9.
|
Famili
|
Muridae
|
10.
|
Sub family
|
Murinae
|
11.
|
Genus
|
Bandicota
|
Ordo Rodentia merupakan ordo dari
kelas Mammalia yang terbesar karena memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu
2.000 spesies (40 %) dari 5.000 spesies untuk seluruh kelas Mammalia. Dari
2.000 spesies Rodentia, hanya kurang lebih 150 spesies tikus yang ada di
Indonesia dan hanya 8 spesies yang paling berperan sebagai host (vektor) dari
agent patogen terhadap manusia dan hama pertanian. Delapan spesies
tsb : Rattus norvegicus (tikus riol/got/selokan/kota), Rattus-rattus
diardii (tikus rumah/atap), Mus musculus (mencit
rumah), Rattus exulans (tikus ladang), Bandicota indica (tikus
wirok), Rattus tiomanicus (tikus pohon), Rattus
argentiventer (tikus sawah), Mus caroli (mencit
ladang).
3.3.
Morfologi Tikus
Morfologi
tikus dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No
|
Morfologi
|
Tikus roil
|
Tikus atap
|
Mencit rumah
|
Tikus ladang
|
|||||
1.
|
Tekstur
rambut
|
Kasar
dan agak panjang
|
Agak
kasar
|
Lembut
dan halus
|
Lembut
dan halus
|
|||||
2.
|
Bentuk
hidung
|
Kerucut
terpotong
|
Kerucut
|
Kerucut
|
Kerucut
|
|||||
3.
|
Bentuk
badan
|
Silindris,
membesar kebelakang
|
Silindris
|
Silindris
|
Silindris
|
|||||
4.
|
Warna
badan bagian punggung
|
Coklat
hitam kelabu
|
Coklat hitam
kelabu
|
Coklat hitam
kelabu
|
Coklat kelabu
|
|||||
5.
|
Warna
badan bagian perut
|
Coklat
kelabu (pucat)
|
Coklat hitam
kelabu
|
Coklat hitam
kelabu
|
Putih
kelabu
|
|||||
6.
|
Warna
ekor bagian atas
|
Cokelat
hitam
|
Cokelat
hitam
|
Cokelat
hitam
|
Cokelat
hitam
|
|||||
7.
|
Habitat
|
Gudang,
selokan, rumah
|
Rumah,
gudang
|
Rumah
gudang
|
Sawah,
ladang
|
|||||
8.
|
Bobot
tubuh (gr)
|
150-600
|
60-300
|
8-30
|
30-85
|
|||||
9.
|
Panjang
Kepala + badan (mm)
|
150-250
|
100-210
|
55-100
|
80-150
|
|||||
10.
|
Panjang
ekor (mm)
|
160-210
|
120-250
|
70-110
|
110-180
|
|||||
11.
|
Lebar
daun telinga (mm)
|
18-24
(berambut)
|
19-23
|
9-12
|
16-20
|
|||||
12.
|
Panjang
telapak kaki belakang (mm)
|
40-47
|
30-37
|
12-18
|
22-28
|
|||||
13.
|
Lebar
gigi pengerat (mm)
|
3.5
|
3
|
1.5
|
2
|
|||||
14.
|
Jumlah
puting susu (pasang)
|
6
(3+3) =12
|
5
(2+3) =10
|
5
(3+2) =10
|
4 (2+2)=8
|
|||||
3.4. Tikus Rumah (R. rattus diardii)
Tikus
rumah (R. rattus diardii) adalah hewan pengerat biasa yang mudah dijumpai di rumah-rumah
dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat serta melompat. Hewan ini termasuk
dalam subsuku Murinae dan berasal dari Asia. Namun,
ia lalu menyebar ke Eropa melalui perdagangan sejak awal penanggalan modern dan
betul-betul menyebar pada abad ke-6. Selanjutnya ia menyebar ke seluruh penjuru
dunia. Tikus rumah pada masa kini cenderung tersebar di daerah yang lebih
hangat karena di daerah dingin kalah bersaing dengan tikus got.
Tidak
seperti saingannya, tikus got, tikus rumah adalah perenang yang buruk dan
bangkainya sering ditemukan di sumur-sumur. Namun, ia lebih gesit dan pemanjat
ulung, bahkan berani "terbang". Warnanya biasanya hitam atau coklat
terang, meskipun sekarang ada yang dibiakkan dengan warna putih atau loreng.
Ukurannya biasanya 15–20 cm dengan ekor ± 20 cm. Hewan ini nokturnal dan
pemakan segala, namun menyukai bulir-bulir. Betinanya mampu beranak kapan saja,
dengan anak 3-10 ekor/kelahiran. Umurnya mencapai 2-3 tahun dan menyukai hidup
berkelompok.
3.5. Siklus
Hidup Tikus Rumah (R. rattus diardii)
Adapun siklus
hidup tikus rumah (R. rattus diardii) adalah sebagai berikut :
1.
Tikus rumah menghasilkan 5 - 10 anak
perkelahiran dan melahirkan antara 3-6 per tahun.
2.
Masa kehamilan adalah sekitar 3 minggu.
3.
Hanya membutuhkan waktu antara 12-16 minggu
dari kelahiran untuk mencapai kematangan seksual.
Gambar 1. Siklus hidup tikus rumah (R. rattus diardii)
3.6.
Penampilan
Tikus Rumah (R. rattus diardii)
Adapun penampilan
tikus rumah (R. rattus diardii) adalah sebagai berikut :
1.
Tikus rumah memiliki ukuran panjang antara 16-24
cm, dengan ekor lebih panjang daripada kepala dan tubuh.
2.
Tikus ini memiliki berat antara 150- 200
g.
3.
Memiliki hidung runcing, telinga besar dan
tubuh yang ramping
Gambar 2.
tikus rumah (R. rattus diardii)
3.7.
Kebiasaan Tikus
Rumah
(R. rattus diardii)
Adapun kebiasaan
tikus rumah (R. rattus diardii) adalah sebagai berikut :
1.
Mereka sangat lincah dan pendaki yang sangat
baik.
2.
Makanan yang mereka sukai adalah buah yang
mengandung banyak air.
3.
Tikus hitam akan makan sekitar 15 g makanan dan
minum 15 ml perhari.
4.
Tikus mempunyai
kecenderungan untuk menempuh jalur yang sama untuk mencari makanan dan air,
tempat bersarang di
kawasan persembunyian yang aman, mempelajari adanya bahaya, cara-cara keluar dari sarang
dan sebagainya.
5.
Tikus juga
mempunyai kemampuan mengubah pola perilakunya, mempunyai kebiasaan-kebiasaaan
baru, guna memulihkan
gangguan-gangguan dan mencari sumber makanan yang baru atau tempat
berlindung.
3.8.
Perilaku Tikus Rumah (R. rattus diardii)
Pengetahuan
tentang perilaku tikus sangat berguna dalam rangkaian usaha pengendalian secara
berdaya guna. Perilaku tikus pada umumnya didorong
oleh beberapa keadaan, yaitu rasa haus, rasa lapar, kebutuhan seksual, dan sebagainya. Untuk mengendalikan tikus penting diketahui bahwa bangsa tikus dapat pergi
jauh dari air lebih dari 48 jam,
dan pergi jauh
tanpa makan dari empat hari. Tikus yang
lapar atau haus menjadi ceroboh sehingga mudah diberantas. Penggunaan perangkap dan racun (umpan) dan cara
pengendalian lainnya menjadi semakin berhasil.
3.9.
Makanan Tikus
Tikus merupakan hewan yang mempunyai preferensi makanan yang
banyak, baik yang berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Walaupun demikian
biji-bijian seperti gabah, beras dan jagung tampaknya lebih disukai daripada
yang lain. Seekor tikus dapat merusak 283 bibit padi per hari atau 103 batang
padi bunting per hari. Setelah itu, tikus juga menyukai umbi-umbian serperti
ubi jalar dan ubi kayu. Makanan yang berasal dari hewan terutama adalah
serangga dan hewan-hewan kecil lainnya. Makanan dari hewan ini merupakan sumber
untuk pertumbuhan dan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak, sedangkan
makanan yang berasal dari tumbuhan dimanfaatkan sebagai sumber tenaga.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kebutuhan
makanan seekor tikus setiap hari kira-kira 10% dari bobot tubuhnya, tergantung
dari kandungan air dan gizi dalam makanannya. Tikus merupakan hewan yang aktif
pada maam hari sehingga sebagian besar aktivitas makannya dilakukan pada malam
hari. Tikus memiliki sifat “neo-fobia”, yaitu takut atau mudah curiga terhadap
benda-benda yang baru ditemuinya. Dengan adanya sifat tikus yang demikian, maka
makanan akan dimakan adalah makanan yang sudah biasa ditemui. Dia akan
mencicipi dulu makanan yang baru ditemuinya.
Hal ini dapat mempengaruhi keberhasilan pengendalian secara kimia
dengan menggunakan umpan beracun, sehingga harus diusahakan agar umpan yang
digunakan adalah umpan yang disukai oleh tikus dan tempat umpan yang digunakan
adalah benda-benda alami yamg banyak terdapat di alam. Bila makanan yang
dimakan tersebut membuat keracunan dengan cepat maka dia akan mengeluarkan
suara kesakitan dan tanda bahaya kepada teman-temannya. Maka dari itu untuk
penggunaan pestida kimia sebaiknya digunakan pestisida yang membunuh secara
perlahan, dimana tikus tersebut akan mati dalam beberapa hari, sehingga tikus
tersebut tidak merasa kapok dan tidak akan tahu kalau makanan yang dimakannya
ternyata beracun.
Dalam mencari makanan, tikus selalu pergi dan kembali melalui jalan
yang sama, sehingga lama-lama terbentuk jalan tikus. Hal ini disebabkan tikus
akan merasa aman untuk melewati jalan yang sama, daripada setiap saat harus
membuat jalan baru. Jalan yang sama dapat ditandai dengan gesekan benda-benda
di sekitar jalan tersebut dengan misainya, dan juga karena adanya air seni yang
dikeluarkan pada jalan tersebut yang dapat diciuminya.
3.10.
Indera Pada Tikus Rumah (R. rattus
diardii)
3.10.1.
Indera Penglihatan Tikus Rumah (R. rattus diardii)
Dilihat dari pengelihatannya menurut para ahli konon tikus
ternyata tikus rumah dan tikus lainnya mempunyai pengelihatan yang
jelek, yaitu ternyata tikus adalah hewan yang buta warna, artinya ia hanya
dapat melihat benda-benda berwarna hitam dan putih. Akan tetapi, tikus
tampaknya tertarik pada warna-warna hijau, kuning dan hitam. Warna hijau dan
kuning diduga merupakan warna daun dan malai tanaman padi yang merupakan
makanan utamanya di lapang. Sedangkan warna hitam merupakan warna gelap yang
terlihat pada malam hari. Kemampuan tikus dalam melihat benda-benda yang ada di
depannya dapat mencapai 10 meter.
3.10.2.
Indera Penciuman Tikus Rumah (R. rattus diardii)
Organ penciuman tikus rumah dan tikus lainnya sangat baik, terutama
untuk mencium bau makanannya. Tikus jantan dapat mencium bau tikus betina yang
sedang birahi untuk dikawininya. Tikus betina dapat mencium bau anaknya yang
keluar dari sarang berdasarkan air seni yang dikeluarkan oleh anaknya.
3.10.3.
Indera Pendengaran Tikus Rumah (R. rattus diardii)
Pendengaran tikus rumah dan tikus lainnya sangat baik. Tikus dapat
mendengar suara-suara dengan frekuensi tinggi, yang tidak dapat didengar oleh
manusia. Berdasarkan suara-suara yang dikeluarkan oleh tikus, dapat dibagi
menjadi beberapa suara, yaitu :
·
Suara-suara
pada saat akan melakukan perkawinan
·
Suara-suara
menandakan adanya bahaya
·
Suara-suara
pada saat menemukan makanan
·
Suara-suara
pada saat tikus mengalami kesakitan
3.11. Sarang Tikus Rumah (R. rattus diardii)
Sarang yang dibuat biasanya mempunyai lebih dari satu pintu, pintu
utama untuk jalan keluar dan masuk setiap hari, pintu darurat yang digunakan
dalam keadaan yang membahayakan, misalnya pada saat dikejar oleh predator
ataupun pada saat dilakukan gropyokan, dan pintu yang menuju ke sumber air
sebagai minumnya. Pintu darurat ini disamarkan dengan cara ditutupi dengan
daun-daunan. Selain itu, sarang tikus juga terdiri dari lorong yang
berkelok-kelok; semakin banyak anggota keluarga tikus, semakin panjang lorong
yang di sarang tikus juga dilengkapi dengan ruangan/kamar yang difungsikan
untuk beranak dan kamar sebagai gudang tempat menyimpan bahan makanan.
3.12. Tanda-Tanda
Keberadaan Tikus
Rumah (R. rattus diardii)
Tanda-tanda
yang dapat dijadikan petunjuk tentang kemungkinan adanya tikus di suatu tempat
antara lain :
1. Bekas gigitan (Gnawing), bekas gigitan
yang ditinggalkan tikus pada benda yang terbuat dari kayu atau kain. Biasanya dapat
dilihat pada pintu,
jendela,
bekas-bekas kain.
2.
Alur jalan (Run
ways), salah satu
kebiasaan tikus adalah selalu senang memakai jalan yang sama (jalan antara
sarang dan tempat mencari makan ) dan
biasanya berjalan searah dengan dinding (baik vertical maupun horizontal). Jarang tikus
menyeberang ruangan.
3.
Bekas jalan (run
ways), tikus ini pada
umumnya kotor dan berminyak.
4.
Bekas gesekan (Rub
marks), segala
benda-benda yang tersentuh tikus selalu kotor dan berminyak.
5.
Lubang
Terowongan (Burrows),
tikus tidak
biasa membuat lubang.
Ia hanya
kadang-kadang membuat lubang di tanah. Lubang-lubang tersebut merupakan jalan masuk
ke dalam sistem terowong
di dalam tanah, baik di dalam tanah yang terbuka, dekat timbunan
sampah,
ditepi landasan, dekat
gudang-gudang yang langsung didirikan di atas tanah maupun di sepanjang tepi
selokan.
Salah satu
contoh tikus yaitu Norway rat (Rattus norvegicus)senang
membuat terowongan atau membuat lubang diberbagai tempat terutama di bawah
pondasi bangunan.
6.
Kotoran (Droppings)
Biasanya kotoran tikus dapat dikenal karena mempunyai
tanda-tanda sebagai berikut :
·
Untuk kotoran
yang baru bentuknya lembek, mengkilap dan pada umumnya berwarna gelap.
·
Untuk kotoran
yang sudah lama,bersifat keras,kering, dan pada umumnya berwarna abu-abu.
7.
Bekas telapak (Tracks/Paths), bekas kaki tikus dapat dilihat dengan jelas. Jejak kaki yang
lama selalu tertutup debu. Kaki belakang tikus mempunyai 5 jari kaki, sedangkan kaki
muka 4 jari kaki.
Jejak kaki
belakang lebih nampak dari pada
kaki depan sedangkan ibu jari tidak nampak.
8.
Suara (Voice), Jika terdapat
banyak tikus mereka sering terdengar berlari-lari dan mencicit di atas rumah, setelah hari
menjadi gelap atau dikala mereka sedang mencari makan di dalam rumah.
9.
Tikus hidup dan
tikus mati ( Life and death rats), di dalam rumah
kadang kala ditemukan tikus yang telah mati, disamping tikus
yang sedang berlari-lari di dalam rumah. Dengan ditemukannya tikus yang telah mati atau yang masih
hidup menunjukkan bahwa di dalam rumah di daerah tersebut terdapat tikus.
10. Sarang tikus (Nests), sarang tikus terletak di dalam lubang, pada dinding, pada pohon-pohonan, dan
tanam-tanaman yang lain.
3.13. Teknik Pengendalian Tikus Rumah (R. rattus diardii)
Adapun teknik
pengendalian tikus rumah (R.
rattus diardii) adalah
sebagai berikut :
1. Secara Fisik
Pengendalian tikus
secara fisik untuk mempertahankan populasi tikus pada tingkat
serendah-rendahnya, yaitu meliputi : perbaikan sanitasi lingkungan seperti;
penyimpanan sampah, pengumpulan sampah pembuangan sampah yang saniter, membuat
bangunan kedap tikus, penyimpanan barang yang masih layak pada tempat terang,
menukar posisi meubeler secara berkala dan membuat bangunan selalu dalam
keadaan bersih dan memesang perangkap tikus.
2. Secara kimia
Upaya pengedalian tikus secara kimia dilakukan dengan
peracunan yang menggunakan umpan, peracunan biasanya secara lambat
peracunan secara cepat dengan cara seperti; red squill, privel fumarin, dan
diphacinone. Sedangkan untuk pemberantasan tikus pada bangunan ruang tertutup,
menggunakan bahan kimia khusus yaitu fumigan.
3. Secara bilogis
Pengendalian tikus secara biologis dengan memelihara
hewan sebagai predator seperti kucing, cerpelai, ular. Indonesia pada umumnya memelihara kucing
sebagai pengendalian secara biologis, tetapi dalam hal ini, kucing tidak dapat
mengatasi populasi tikus, karena kucing dapat membawa penyakit setelah memangsa
tikus.
BAB IV. SIMPULAN
4.1.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan
yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Tikus
adalah hewan mengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman
pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan di
perumahan.
2. Tikus rumah (R. rattus diardii) adalah hewan pengerat biasa
yang mudah dijumpai di rumah-rumah dengan ekor yang panjang dan pandai memanjat
serta melompat.
3. Tikus rumah
menghasilkan 5 - 10 anak perkelahiran dan melahirkan antara 3-6 per tahun
dengan masa kehamilan 3 minggu.
4. Tikus rumah
memiliki ukuran panjang antara 16-24 cm, dengan ekor lebih panjang daripada
kepala dan tubuh.
5. Tikus juga mempunyai kemampuan mengubah pola perilakunya,
mempunyai kebiasaan-kebiasaaan baru, guna memulihkan gangguan-gangguan dan mencari sumber
makanan yang baru atau tempat berlindung.
4.2.
Saran
Adapun saran yang
dapat penulis berikan adalah agar sebaiknya menjaga kebersihan
lingkungan rumah, kantor, dan lain-lain untuk menghindari penyakit yang
disebabkan oleh tikus.
DAFTAR
PUSTAKA
Direktorat
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Pedoman
Pengendalian Tikus : Khusus di Rumah Sakit. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Moriwaki,
K, T. Shiroishi, H. Yonekawa. 1994. Genetic in Wild Mice. Its Aplication
to Biomedical Research. Tokyo: Japan Scientific Sosieties Press. Karger.
Priyambodo,
S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Cetakan III. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar